Minggu, 28 Mei 2017

Mei 28, 2017
Menulis penelitian ilmiah bisa dibilang tidak lah mudah. Seorang peneliti membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan dana yang tidak sedikit. Salah satu proses yang mungkin bisa dibilang cukup krusial dalam menyusun sebuah penelitian ilmiah adalah mencari referensi atau sumber dari penelitian terkait yang telah ada.
Sayangnya, mencari sumber penelitian juga merupakan hal yang tidak mudah. Meski sudah banyak portal online yang menyediakan jurnal ilmiah, penelitian dan jurnal ilmiah dari Indonesia terbilang masih sangat minim.
Saat melakukan penelitian di Jakarta, Anton Lucanus, seorang peneliti dari Perth, mengalami dampak minimnya akses data tersebut. Ia kesulitan mencari data yang ingin ia jadikan sumber untuk penelitiannya. Tergerak untuk menyediakan solusi, bersama dengan rekannya Surya Darma dan Patrick Jones, ketiganya memutuskan untuk mendirikan Neliti.
Terkait pengalamannya, Anton mengatakan, “Informasinya ada, tapi tersembunyi dan sulit ditemukan. Bahkan yang lebih parah, peneliti secara pribadi harus mengunjungi kantor atau institusi penelitian dan pemerintahan untuk mencari informasi tertentu.”
Neliti
Sebagai portal akses terbuka untuk database penelitian, Neliti menyediakan berbagai berkas terkait penelitian ilmiah seperti artikel, jurnal ilmiah, hingga data mentah. Bidang penelitian yang disediakan pun cukup beragam, mulai dari sosial & politik, agrikultur & lingkungan, hingga studi Islam. Anton mengatakan:
Neliti adalah upaya pertama untuk mengumpulkan artikel jurnal, data, laporan, buku, dan penelitian konferensi, and menaruhnya di satu database. Ini akan menghemat waktu dan uang bagi seluruh peneliti di Indonesia.

Bantu peneliti menjangkau audience internasional

Selain ditujukan bagi orang yang tengah mencari sumber penelitian, Neliti sejatinya juga ditujukan bagi peneliti yang ingin mempublikasikan penelitiannya guna menjangkau tidak hanya audience lokal, tapi juga internasional.
Agar kualitas penelitian semakin bagus, Neliti menyediakan berbagai layanan mulai dari konsultasi penelitian, hingga pengeditan. Bagi peneliti yang ingin menjangkau audience internasional, tapi memiliki jurnal yang masih dibuat dalam bahasa Indonesia, Neliti juga menyediakan jasa penerjemahan.
Bagaimanapun, peneliti harus membayar untuk menikmati berbagai layanan tersebut. Neliti sendiri menyediakan tarif layanan yang bervariasi, misalnya untuk penerjemahan, situs ini menerapkan tarif Rp152.000 per halaman. Ada juga biaya konsultasi mulai dari Rp2 juta hingga Rp3 juta.
Neliti jurnal penelitian online
Hingga saat ini, Neliti masih dalam tahap beta sejak diluncurkan pada April lalu. Karena masih baru, Neliti baru memilki sekitar 150 pengguna terdaftar dan 130 berkas yang diunggah. Selain mengajak peneliti individu untuk menerbitkan hasil karyanya, layanan ini kini tengah bekerja sama dengan universitas dan institusi pemerintahan untuk ikut menerbitkan berkas-berkas terkait penelitian di situs ini.
Selain mencari dan menerbitkan penelitian, pengguna juga bisa terhubung dengan para peneliti lain di platform ini. Melalui fitur Connect, mereka bisa berdiskusi seputar penelitian atau sekadar menambah network mereka.
Tidak hanya memuat artikel penelitian, Neliti juga menyediakan informasi seputar beasiswa, dana penelitian, lowongan pekerjaan, hingga acara dan konferensi. Bisa dibilang, Neliti adalah one-stop-portal untuk para peneliti.
Baca juga: 15 Startup Pendidikan Terpopuler di Indonesia
Ke depannya, Neliti akan meluncurkan dua sister site terkait jurnal akademis. Meski terbilang belum begitu banyak startup yang menyediakan layanan serupa, Neliti bisa bersaing dengan Q-Jurnal, yang juga menyediakan akses hasil penelitian kepada penggunanya.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris oleh Nadine Freischlad. Informasi dalam artikel tersebut telah diterjemahkan dan dimodifikasi.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar)

0 komentar:

Posting Komentar